27 November 2009

Dawuh AL-HABIB SYEKH ASSEGGAF di " HARI RAYA IEDUL ADHA 1430 H":


" Subhanallooh wal hamdulillah walaa ilaaha illallooh walloohu Akbar",
Yaa Allah bimbinglah kami untk senantiasa mengikuti ajaran dan tauladan serta keimanan dari Nabi dan Rosul yang telah engkau utus untuk keselamatan umat di dunia ini.
MINAL AIEDIIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
(H. Syekh dan keluarga).


Assalamu 'alaikum
Yaa Allah berilah kpd kami kebaikan kebaikan yang Kau limpahkan di hari ini,
dan jauhkan dari semua penyebab turunnya bencana dan musibah, jauhkan kami dari rasa kepenatan hati ini.
lapangkan hati ini hingga kami selalu merasa tenang dan nikmat dalam menjalani kehidupan ini dan Ridhoilah langkah langkah kami. hilangkan semua keragu-raguan kami, sembuhkan penyakit penyakit kami, Akhiri usia kami dengan khusnul khotimah, amin.

Ketakutan adalah awal dari kegagalan
Keputus asaan adalah awal dari kehancuran
Keragu raguan akan membuahkan ragu itu sendiri
Yakinlah kita dalam memutuskan sesuatu kebaikan jangan takut dan jangan ragu, ketidak berhasilan kita jangan membuat kita ber putus asa. karena kesempatan masih menghadang kita untuk menghampiri di waktu yg telah di tentukan oleh-Nya.
Selamat berjuang untuk ke depan yg lebih baik.
Wa 'alaikum salam.

24 November 2009

Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik)


Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di desa Besuki ( jawa timur ) sekitar tahun 1864 M. Sejak kecil telah menjadi yatim namun bakat kewaliaan dan kecintaan terhadap ilmu sudah nampak sejak umur 3 tahun. Hati beliau telah mendapat cahaya Ladunni dari alloh SWt ini terbukti ketika beliau masih berumur 3 tahun telah mampu mengingat berbagai peristiwa dan kejadian yang telah menimpa dirinya.

Usia 8 tahun tepatnya tahun 1856 M Habib Abubakar dikirim oleh ibunya ke tanah leluhurnya di Sewun tarim Yaman Selatan. Di sana beliau di asuh dan dididik oleh pamannya Habib Syech bin Umar assegaf seorang Tokoh Ulama termasyhur di kota Sewun. Kecerdasan dan kejernihan Hati yang di miliki habib Abubakar Assegaf mampu menguasai beberapa bidang ilmu walaupun usianya masih relatif muda. Pamannya tak segan-segan mengajak keponakannya untuk menghadiri majlis majlis ilmu di kota Sewun dan menanamkan rasa kecintaan terhadap Alloh SWT dengan mengajari prilaku prilaku shalafus Sholeh seperti Sholat Tahajut dan puasa puasa sunnah.
Di sewun habib Abubakar assegaf belajar juga kepada Habib Ali bin Muhammad Al habsyi ( pengarang Simtut Durror) dan menjadi murid kesayangannya. Pertama kali melihat Habib Abubakar assegaf , Habib Ali bin Muhammad al habsyi telah melihat tanda-tanda kewaliaan dan kelak akan menjadi ulama yang memiliki kedudukan dan derajat yang Mulia. Beliau juga belajar kepada al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Tahun 1881 M habib Abubakar Assegaf kembali ke Tanah air dan Mulai melakukan ritual dakwahnya. Walaupun beliau memiliki Ilmu yang cukup mumpuni namun kerendahan hati untuk menghargai para ulama-ulama Sepuh di tanah air beliau tak segan segan untuk belajar dan minta ijazah serta barokah dari para ulama-ulama sepuh seperti Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abubakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.
Selama beberapa tahun berdakwah datanglah kegundahan hatinya , kerinduan terhadap Alloh dan Rosulnya hingga akhirnya beliau mengasingkan diri dari hirup pikuk dunia dan selama itu pula di habiskan waktunya untuk beribadah mutlak kepada Alloh , hampir 15 tahun lamanya habib Abu bakar Assegaf mengasingkan diri dari dunia ( berkhalwat) hingga akhirnya Gurunya habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi menemuinya dan mengajaknya untuk berhenti berkhalwat dan kembali untuk berdakwah. Demi menghargai sang guru akhirnya Habib Abubakar Assegaf kembali melanjutkan dakwahnya . Dengan di rangkul dan di gandeng oleh gurunya habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi , habib Abubakar Assegaf di kenalkan kepada para Jama’ah dam murid muridnya “Ini al Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia”. Habib Abubakar assegaf membuka Majlis Ta’lim di rumahnya. Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan banyak murid murid yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Beliau selalu mendoakan murid-muridnya tat kala beliau menunaikan sholat malam . habib Abubakar di samping sebagai ahli ilmi juga sebagai ahli berkah yang dapat memberikan keberkahan kepada siapapun yang datang kepadanya. Beliau menjadi rujukan dan referensi ilmu di tanah air. Tahun 1955 dalam usia 91 tahun habib Abubakar bin Muhammad assegaf wafat dan beliau dimakamkan di Kota Gresik jawa timur.

08 November 2009

Syi'ir Jawa Khas "AHBAABUL MUSTHOFA"

Sholli wasallim daa iman alah mada
Sholli wasallim daa iman alah mada
Wal ali wal ashaa biman qod wah hada
Wal ali wal ashaa biman qod wah hada

==================================

Eman lo wong Islam, ninggal Sholat wengi
Sak ben dalu turu, ora gelem tangi
Sholat wengi ngono, disenengi Gusti
Sopo gelem nyuwun, pasti di paringi

Sholat limang waktu, ayo podo njogo
Jama'ah nang masjid, bareng sak kluwargo
Ganjarane slawe, celengan suwargo
Malah biso dadi, pitu likur ugo


Yen Sholat kesusu, ora biso pernah
Rukuk lan sujude, ditoto sing genah
Sing khusyu' lan khudhur, ugo tumakninah
Ngerteni sing wajib, lan ngerti sing sunah


Yen rumongso sugih, itungen donyone
Bagiane Zakat, ojo dilalekne
Dulur karo tonggo, sing podo miskine
kabeh podo nunggu, zakat bagiane

Yen karo tonggone, Sing apik atine
Yen kahanan longgar, mikiro butuhe
Sajak perlu utang, enggal di peringne
Nanging ojo nganti, njaluk anak ane


Ayo do ngurangi, nonton televisi
Timbang nonton TV, luweh becik ngaji
"Ahbaabul Musthofa" wadah kanggo ngaji
Kumpul poro Habaib lan poro Kyai


Eman lo wong ngaji, campur lanang wadon
Campur lanang wadon, lamun dudu mahrom
Biso biso malah, nglakoni sing harom
Ilmu gak manfa'at, rusak malah klakon

Lanang karo wadon, manggon sepi sepi
Nyanding senggal senggol koyok kebo sapi
Ngunu kuwi duso, nurut poro nabi
Ojo di terusno, yen durung di rabi

24 September 2009

Karakter Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh dalam Aswaja

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206).

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)

1. Akidah.
a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.
b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.

2. Syari'ah
a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i).
c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak
a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan
a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara
a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.
b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan
a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al- muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah
a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.


KH Muhyidin Abdusshomad

22 Agustus 2009

DIKUBUR 26 TAHUN JASAD MASIH UTUH

KH.Abdullah (paling kiri) saat menuntut ilmu di Mekkah

Jakarta - Lahan seluas lapangan bulutangkis itu kini hanya tinggal puing-puing. Dulu di lahan tersebut berdiri sebuah mushala yang diberi nama An-Najat. Di mushala itu KH. Abdullah memberikan pengajian kepada murid-muridnya, sejak tahun 1950-an.
Nama Kiai Abdullah kini ramai menjadi perbincangan di Tangerang karena jasadnya yang sudah dikubur selama 26 tahun ternyata masih utuh bahkan bau wangi. Kondisi jenazah persis sama seperti saat dikubur dulu. Hanya tubuhnya agak menyusut saja, dan rambutnya memutih.

Sepanjang hidupnya, Kiai Abdullah banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengajar agama. Menurut Achmad Fathi, putra Kiai Abdullah, sewaktu muda Kiai Abdullah sempat dibimbing Kiai Mursan, seorang ulama yang tinggal di kampung Blenduk, Batu Ceper, Tangerang, yang letaknya sekitar 2 kilometer dari kediamannya.
Setelah 5 tahun menuntut ilmu di Kiai Mursan, pria kelahiran 16 Desember 1919 itu kemudian diperintah KH Marsan untuk menambah ilmu di Darul Ulum, Mekkah, Arab Saudi. Di sana ia belajar selama kurang lebih 7 tahun.
Kiai Abdullah akhirnya pulang ke tanah air setelah gurunya, Syekh Yasin, asal Padang, Sumatera Barat, memintanya pulang ke Indonesia, untuk menularkan ilmunya kepada masyarakat, khususnya di wilayah Batu Ceper, Tangerang.
"Ayah saya diperintahkan pulang untuk mengajar oleh Syekh Yasin, saat perang dunia ke II (1939-1945)," jelas Achmad Fathi saat ditemui detikcom.
Sesuai perintah gurunya, Kiai Abdullah kemudian mulai memberikan pengajian di sekitar rumahnya. Sistem pengajaran yang dilakukan Kiai Abdullah bukan model pesantren melainkan berbentuk majelis.
Lokasi pengajian dilakukan di Mushala An-Najat sejak beduk Maghrib hingga jam sembilan malam. Usai pengajian, biasanya murid-murid bermalam di musala dan pulang selepas salat Subuh berjamaah.
Materi pengajian yang diajarkan Kiai Abdullah berupa ilmu Fiqih (hukum) maupun tafsir Al Quran. Adapun kitab-kitab yang diajarjakan, antara lain, Jurmiyah, Nahwu, Shorof, Fathul Qorib, Fathul Muin, maupun tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyiti.
Saat mengajar, sang kiai dikenal sangat tegas. Namun meski dikenal galak dalam mengajar, murid-muridnya justru semakin hari semakin bertambah. Mereka umumnya datang dari daerah Batu Ceper dan wilayah Tanggerang.
Selain mengajarkan ilmu agama, Kiai Abdullah juga mengajarkan murid-muridnya cara
bercocok tanam. Saat siang hari biasanya murid-muridnya bekerja di sawah maupun kebun pepaya milik Abdullah. "Murid-murid kalau siang hari ditugasi mengelola sawah dan kebun milik keluarga kami," jelas Achmad Fathi.
Kesolehan dan ilmu yang mumpuni yang dimiliki Kiai Abdullah lama-lama tersiar ke seantero Tangerang. Itu sebabnya, Pemda Tangerang pada tahun 1973 memintanya untuk menjadi Wakil Ketua Pengadilan Agama Tengerang.
Namun sekalipun telah bekerja di pemerintahan, sikap sederhana dan rendah hati tetap melekat dalam diri Kiai Abdullah. Setiap bekerja ia hanya menggunakan sepeda ontel.
Jarak antara rumahnya ke Pengadilan Agama Tangerang berjarak sekitar 10 kilometer.
"Kata bapak hidup sederhana dan apa adanya merupakan perintah Nabi Muhammad SAW. Karena itu selama hidup bapak tidak mau hidup secara berlebih-lebihan," jelas Abdul Zibaki, anak Kiai Abdullah Lainnya.
Selama hidup Kiai Abdullah memiliki tiga orang istri, yakni Rohani, Maswani, dan Romlah. Ia pertama menikah dengan Rohani, yang merupakan putri gurunya, KH Mursan, sekitar tahun 1945. Dari pernikahannya dengan Rohani, dikarunia dua orang anak. Namun tidak lama setelah melahirkan anak kedua, Rohani meninggal dunia.
Selang dua tahun kemudian Kiai Abdullah menikah lagi dengan Maswani, yang merupakan tetangga rumahnya. Dari Maswani, Kiai Abdullah dikaruniai 5 orang anak. Dan lagi-lagi istri keduanya ternyata pergi menghadap Sang Pencipta lebih dulu darinya. Maswani wafat tahun 1980.
Setelah kematian istri keduanya Kiai Abdullah sebenarnya tidak mau menikah lagi. Namun karena desakan anak-anaknya, ia akhirnya menikah dengan Romlah, warga tetangga Desa Juru Mudi. "Kami merasa kasian sama bapak karena tidak ada yang mengurusinya. Makanya kami mendesaknya untuk menikah lagi," tutur Mukhtar Ali, anak sulung Kiai Abdullah.
Namun dari pernikahannya dengan Romlah, Kiai Abdullah tidak dikaruniai anak hingga ia wafat pada 22 Oktober 1983. Kiai Abdullah meninggal dunia lantaran penyakit ginjal yang dideritanya. Sebelum meninggal ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Kiai Abdullah dimakamkan di belakang mushala An-Najat berdasarkan wasiat yang disampaikannya kepada anaknya, Mukhtar sebelum meninggal. Sang kiai beralasan ingin dikubur di sana mengingat mushala itu merupakan tempat perjuangannya pertama kali di dunia dakwah.
Mushala tempatnya pertama kali mengajar seakan menjadi kenangan sendiri bagi Abdullah. Meskipun ia sebenarnya juga telah mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diberi nama Islahuddiniyah, sejak tahun 1970-an. Lokasi madrasah itu persis berada di depan rumah Kiai Abdullah.
Soal utuhnya jasad Kiai Abdulah setelah dikubur selama 26 tahun dikatakan salah seorang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Said Budairy sebagai karunia Allah. Menurutnya, jenazah itu dilindungi oleh Allah.
"Kejadian seperti itu sudah sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Dan biasanya yang jasadnya seperti itu adalah orang-orang yang hafidz Alquran dan alim," jelasnya.
Ditambahkannya, untuk melihat kealiman si jenazah bisa dilihat dari perjalanan hidup
almarhum. "Dan kalau seperti yang saya dengar kiai itu sebagai orang yang ahli ilmu,
itu sudah tidak salah lagi. Berarti kiai itu dilindungi Allah di dalam kuburnya,"
imbuhnya.
Sementara Agus Hendratno, anggota Ikatan Ahli Geologi Yogyakarta mengatakan, dari teori geologi, memang bisa saja jasad manusia yang dikubur akan tetap utuh.
Penyebabnya mungkin saja di dalam tanah itu tidak terdapat hewan organik yang bisa
mengubah jasad manusia, seperti kulit dan daging menjadi tanah.
Menurut Agus, dalam peristiwa utuhnya jenazah Kiai Abdullah mungkin saja bisa disebabkan di liang lahat tidak terdapat hewan organik.
"Sebenarnya peristiwa utuhnya jenazah masuk lebih kepada urusan spiritual. Tapi kalau mau dikait-kaitkan ke dalam teori geologi, bisa saja di liang lahat itu tidak
terdapat hewan organik," urainya.
Tapi, kata Agus, bila lokasi tanah yang berair dan lembab seperti di wilayah Batu Ceper, yang dikenal dahulunya merupakan daerah rawa-rawa, teori itu terbantahkan. Dengan kata lain Agus berpendapat jika peristiwa utuhnya jenazah Kiai Abdullah sangat unik dan di luar kebiasaan.

Secara Teori Tidak Masuk Akal

oleh: Deden Gunawan - detikNews

05 Agustus 2009

MALAM NISHFU SYA'BAN BERSAMA KYAIKU

Assalamu'alaikum, para rekan yang budiman. bila nishfu sya'ban tiba, saya selalu ingat dengan perjalanan yang selalu terkenang sebagai pengalaman yang ilmiah dari sosok Kyai guru saya yaitu KH.Faqih Imam Sarang Rembang.
Entah itu kapan..., Kurang lebih tahun 1997 atau 1998 Masehi. yang pasti seingat saya bertepatan tgl 14 sya'ban. beberapa rombongan mungkin 6 atau 7 bis yang setiap kaca depan bis dilekati selembar kertas bertuliskan "Rombongan Ziarah Madrasah Ghozaliyah Sarang Rembang ...". berjalan beriringan datang dari pesisir utara yang saya tahu tujuan pertama ke makam sunan ampel.
Sebagian Lenggah didalamnya ada beberapa Masyayekh yang salah satunya adalah Almaghfurlah KH. Faqih Imam. sewaktu perjalanan akan keluar dari wilayah lamongan hari sudah petang menunjukkan maghrib tidak akan lama lagi. disela sela para penumpang menikmati perjalanan beliau memanggil saya dan ngendikan "...Mengko yen maghrib kok durung tekan suroboyo, buh tekan ngendi yen ono masjid mengko awake dewe mudun wae. bis-e rombongan ben langsung nok ngampel...". Saya masih bertanya dalam hati... ada apa ya?, mau tanya menurut saya kurang sopan, gak tanya pikir saya terus nanti kesananya [ngampel] bagaimana?. akhirnya saya diam saja, e.. jenenge santri yo pokok'e ndereke ae, ngestoaken dawuh kyai. 
Benar..., saat maghrib tiba kebetulan juga jalan macet sehingga lalu lintas berjalan 'gremet'. spontan beliau dawuh "Ayo muduk wis ono suoro adzan Maghrib", akhirnya saya nderekke beliau turun ditengah perjalanan sekitar daerah Gresik, ya cuma kami berdua yang turun. Rombongan pun terus melanjutkan perjalanan menuju surabaya. Setelah sebentar berjalan kami menemukan masjid di pinggir jalan, entah tepatnya di daerah mana saya lupa. begitu masuk masjid beliaupun dawuh lagi "Bengi iki pas nishfu sya'ban wis dadi wadzifah-ku tiap tahun saben bar maghribe nishfu sya'ban moco yasin ping telu, dadi piye piye lan yo opo kahanane aku raiso ninggalke, koyok surup iki" begitu yang beliau dawuhkan saat itu. Setelah sholat maghrib saya pun nderekke beliau membaca surat yasin tiga kali yang di ikuti do'a do'a hingga usai. E... keluar dari masjid, ono... ono ae, yen nderekke kyai iku InsyaAlloh penak tembe burine. bertemu dengan seseorang yang bilang katanya pernah di Pondok Sarang, we delalah... akhirnya kami sampai di surabaya dengan tanpa kangelan karena di antar oleh Alumni tersebut, ha ha ha.... [saya nulis/ngetik ini pas liat mbah surip ketawa di in memorium acara salah satu stasiun tv. tepat pukul 17.41 wib, 05-agustus-2009/ 14-Sya'ban-1430] berhubung hampir maghrib dan meh nisyfu sya'banan, cut dulu ah...nanti sambung lagi.

Selanjutnya...
Setelah kejadian itu dalam setahun, kapan nishfu sya'ban tiba pasti saya ingat akan perjalanan itu sekaligus sebagai pengiling untuk selalu ngiling ngiling wadhifah tersebut, yang kadang kita wegah/males nglampahi malah kadang melupakan.
Dengan harapan... semoga dengan wadhifah tersebut bisa menambah amal khoir kita, dan selalu mendapat Ridlo Alloh subhanahu wa ta'ala di beri panjang umur bi tho'atillah wa bitho'ati rasulillah, tho'at kepada yang harus kita tho'ati, diberi selamat dari poncoboyo di jauhkan dari sambikolo dan di beri rizqy yang banyak halal berkah begitu juga apa yang menjadi hajat dan maqsud kita mendapat ijabah dari Alloh Ta'ala, amin amin ya robbal 'alaamiin.
Semoga Bermanfa'at.
Wassalamu 'Alaikum

Penulis: Muhammad MiftahudDhuha 
(Pengasuh PP.AlMasyhuri Grobogan & Pendiri Syekhermania)


****************
TENTANG MALAM NISHFU SYA'BAN:
Nisfu Sya’ban adalah hari atau tanggal yang jatuh pada pertengahan bulan Sya’ban (Istilah orang jawa bulan Ruwah). dalam kalangan Islam, malam itu biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasin tiga kali secara pribadi atau berjamaah. dengan niatan semoga diberi umur panjang, dijauhkan dari bala' dan ditetapkan imannya, serta diberi rizqy yang banyak, manfa'at dan barokah.

Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. 
Adapun keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
beliau mengatakan bahwa malam Nisfu Sya’ban adalah malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). 
Menurut Imam Al-Ghazali menyampaikan pula bahwa: 
- Pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. 
- Pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. 
- Pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT. istilahnya pengumpulan buku raport dari semua manusia.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfiroh, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang shaleh.
Dibawah ini adalah Do'a, Amaliah & Kaifiyyah malam Nishfu Sya'ban:
Do'a ini dibaca usai Sholat Maghrib, tepatnya setelah membaca surat Yasin 3 Kali.




Adapun cara atau kaifiyahnya:
1. Setelah kita membaca surat yasin yang petama, kemudian kita membaca do'a di atas 1 kali. dengan disertai niat, semoga kita di beri panjang umur yang manfa'at bi tho'atillah.
2. Setelah kita membaca surat yasin yang kedua, kemudian kita membaca do'a di atas 1 kali lagi. dengan disertai niat, semoga kita di jauhkan dari bala' oleh Alloh SWT.
3. Setelah kita membaca surat yasin yang ketiga, kemudian kita membaca do'a di atas 1 kali lagi. dengan disertai niat, Tidak ada ketergantungan dengan orang lain dan semoga kita di beri Rizqy yang cukup manfa'at barokah oleh Alloh SWT.

Beberapa Pendapat dari Para 'Ulama' :
1.Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilaniy berkata, “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)
2.Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu: malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
3.Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)

Semoga kita selalu mendapat Rahmat & Hidayah dari alloh Subhanahu wa Ta'alaa, amiin.
Wallohu a'lam - Semoga Bermanfa'at.


08 Juni 2009

DAWUH HABIB UMAR BIN HAFIDZ

> Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah
> Barang siapa Semakin mengenal kepada allah niscaya akan semakin takut.
> Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.
> Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.
> Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.
> Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.
> Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya. > Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.
> Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.
> Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.
> Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.
> Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.
> Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)
> Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.
> Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.
> Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.
> Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi daI dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.
> Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya.
> Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adap (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya. > Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.
> Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.
> Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.
> Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.
> Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).
> Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.
> Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.
> Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.
( Disusun oleh : Ust Ja’far Sodiq Al Munawwar )

KH. M.Salman Dahlawi Popongan


Habib Syekh Bin AA saat bersama KH. Salman Dahlawi 
di Pendopo Kabupaten Purwodadi Grobogan dalam Acara "Grobogan BerSholawat"





Begitu pembacaan Surah Al-Fil genap sebelas kali, hujan pun mulai reda. Bahkan tak lama kemudian berhenti sama sekali. Dan rembulan kembali muncul terang benderang.
Ketika gerakan reformasi mulai bergulir, ditandai dengan lengser-nya Presiden Soeharto, pergolakan dan kerusuhan merebak di mana-mana. Dan, ketika situasi semakin memanas, Nahdlatul Ulama merasa perlu mengajak seluruh warga nahdliyin untuk menggelar istighatsah, berdoa bersama memohon pertolongan Allah SWT.Ketika itu warga nahdliyin di Klaten, Jawa Tengah, tak mau ketinggalan, menggelar istighatsah di Masjid Roudlotush Sholihin. Malam itu ribuan kaum muslimin berkumpul di masjid terbesar di Klaten itu, yang terletak di tengah perkampungan industri cor logam Batur.

Ketika istighatsah akan dimulai, tiba-tiba turun hujan yang sangat amat lebat, sehingga para jama'ah kalang kabut. Saat itulah terdengar suara yang santun dan bersahaja dari seorang kiai, seketika itu pula suasana menjadi hening seakan akan jama'ah bagaikan terhipnotis. Melalui pengeras suara beliau mengajak seluruh jama'ah membaca surah Al-Fil sebelas kali, Setiap kali sampai pada kata tarmihim dibaca pula sebelas kali. Meski gelisah karena mulai kebasahan, dengan serempak para jama'ah membaca surah Al-Fil bersama-sama. Ajaib!!! Begitu pembacaan surah itu genap sebelas kali, hujan pun mulai reda. Bahkan tak lama kemudian berhenti sama sekali. Dan rembulan kembali muncul terang benderang. Para jama'ah berdecak kagum dan terheran-heran. Sebagian berbisik, ”Iki merga karomahe Kiai.” (Ini lantaran karomah Kiai).
Para jama'ah yakin, meski semua kejadian tersebut tak lepas dari kehendak dan izin Allah, kemujaraban doa tidak hanya karena bacaannya, tapi juga yang lebih penting siapa yang membaca. Kiai yang memimpin bacaan Surah Al-Fil itu tiada lain adalah K.H. Muhammad Salman Dahlawi, pengasuh Pondok Pesantren Al-Manshur, Popongan, Klaten Jawa Tengah, pesantren tertua di Klaten.

Kiai kelahiran 1936 ini juga dikenal sebagai guru musryid Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyyah, yang ratusan ribu muridnya tersebar di Nusantara khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan beberapa tempat di Sumatra.
MBAH/YAI SALMAN begitu para santri/khalayak umum akrab menyebut nama beliau. adalah anak lelaki tertua K.H. M. Mukri bin K.H. Kafrawi, dan cucu lelaki tertua K.H. M. Manshur, pendiri pesantren yang sekarang diasuhnya. K.H. M. Manshur adalah putra Syekh Muhammad Hadi Girikusumo Mranggen, salah seorang khalifah Syekh Sulaiman Zuhdi, mursyid atau guru pembimbing Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyyah di Mekah.

Sebagai cucu lelaki tertua, Yai Salman memang dipersiapkan oleh kakeknya, K.H. M. Manshur yang di kalangan pesantren Jawa Tengah termasyhur sebagai aulia' untuk melanjutkan tugas sebagai pengasuh pesantren sekaligus mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyyah.
Pada 1953, ketika Yai Salman berusia 19 tahun, sang kakek yang wafat dua tahun kemudian, membaiatnya sebagai mursyid. Sorogan Bandongan Untuk menambah bekal keilmuan, Yai Salman nyantri ke pesantren pimpinan K.H. Khozin di Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur. selama kurang lebih empat tahun (1956-1960). Tapi, sebulan sekali ia masih sempat nyambangi pesantren yang diasuhnya di Popongan, yang selama ia mondok di Kediri diasuh oleh ayahnya. Sebelum menjadi mursyid, Yai Salman menimba ilmu di Madrasah Mamba’ul Ulum Solo dan beberapa kali nyantri pasan pengajian Ramadhan kepada K.H. Ahmad Dalhar Watu Congol Magelang Jawa Tengah.
Sejak 21 Juni 1980, Pesantren Popongan berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur untuk mengenang pendirinya, sekaligus peresmian yayasannya. Seperti di pesantren lain, semula santri yang datang hanya untuk nyantri dan ngaji dengan sistem sorogan dan bandongan (sistem pengajian tradisional di pesantren). Baru pada 1963 didirikan beberapa lembaga pendidikan formal mulai dari Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Diniyah, Madrasah Aliyah, dan terakhir Taman Kanak-kanak Al-Manshur (1980).

Saat ini Pesantren Al-Manshur terdiri dari tiga bagian: pesantren putra, pesantren putri, dan pesantren sepuh yang diikuti sejumlah orang tua yang menjalani suluk, yaitu laku atau amalan thoriqoh. Berbagai kegiatan ditata ulang. Program tahfidzul Qur’an, menghafal Al-Quran misalnya, ditangani oleh K.H. Ahmad Jablawi (kakak misan Kiai Salman) sekaligus ia mengasuh santri putri. Sementara pengelolaan madrasah formal diserahkan kepada K.H. Nasrun Minallah adik Kiai Salman. Kiai Salman sendiri mengasuh santri putra dan santri sepuh.
Untuk mengantisipasi perkembangan zaman, kiai yang dikaruniai tiga putra dan lima putri dari istri pertama Mu’ainatun Sholihah ini juga telah menyiapkan proses kaderisasi dan regenerasi. Dan sejak tahun 2001 ia menikahi istri kedua Siti Aliyah, sepeninggal istri pertama yang wafat pada tahun 2000.

Sejak itu beliau juga memulai proses regenerasi dengan melibatkan putra-putrinya dalam pengelolaan pesantren.Belakangan, seiring dengan usianya yang kian lanjut, Kiai Salman menyiapkan kader pribadi baik sebagai pengasuh pesantren maupun mursyid thariqah yaitu Gus Multazam, 35 tahun. Sebab, belakangan kondisi fisik kiai yang tawadhu’ ini memang agak lemah. Maka Gus Multazam, putra ketujuh yang lahir di Mekah inilah, yang tampil sebagai badal (pengganti) dalam beberapa pengajian. Misalnya dalam pengajian fikih di hadapan para santri sepuh setiap hari Selasa.Figur Kiai Salman amat bersahaja, ramah dan tawadhu’.
Pada bulan Ramadan 1425 H lalu, beliau genap berusia 70 tahun.
Ketika berbicara dengan para tamu, Kiai Salman lebih sering menundukkan kepala, sebagai wujud sikap rendah hati. Tak jarang, bahkan ia sendiri yang membawa baki berisi air minum dari dalam rumah untuk disuguhkan kepada para tamunya.Seperti halnya para ulama, semakin sepuh justru semakin banyak yang sowan memohon doa restu atau nasihat. Demikian juga dengan Kiai Salman, kian hari kian banyak kaum muslimin dari berbagai daerah, dan berbagai kalangan, yang sowan kepadanya. Baik untuk konsultasi pribadi, bertanya masalah agama, maupun sekadar silaturahmi minta doa restu. Bagaikan pohon, semakin tua semakin rindang, semakin banyak pula orang bernaung dari sengatan mentari di bawah rimbunan dedaunan.


*tulisan ini adalah karya KHM. Nawawi Syafi’i,
Batur - Ceper - Klaten - Jawa Tengah, yang pernah di muat di Alkisah ed.12 2005

26 Mei 2009

BETAPA INDAH & NIKMATNYA BILA MENYATU DALAM KEBERKAHAN


GETAR SHOLAWAT DI KOTA SOLO

Hidup adalah pengembaraan di atas samudera luas.
Tiada hari tanpa digoyang gelombang. Belum lagi tiupan badai, yang tak jarang membuat seseorang berputus asa.
Penuntun itu adalah petunjuk Allah Ta'alaa melalui Rasul-Nya,
Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wassallam.
Ajaran beliau adalah kompas hidup terbaik.
Apapun yang terjadi sholawat tetap tumbuh subur didalam hati.
Tanpa hadirnya beliau NABI didunia ini, hidup di kehidupan ini pasti tiada arti.
YAA ROBBY SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD
WAFTAH MINAL KHOIRI KULLA MUGHLAQ

Amin Amin Yaa Robbal 'alamiin

27 Februari 2009

URIP MUNG SAKDERMO



Urip kuwi sejatine yo mung sadermo ngelakoni. Bungahing ati ora biso dikiro-kiro, semono ugo tekane susah yo ora biso dikiro-kiro. Dadi sejatine, titah kuwi yo koyo wayang sing diobahake karo dalang. Dalang sing sejatine dalang ora ono maneh kejaba gusti Allah kang akarya jagad. Ing samubarang gawe lan ing samubarang kahanan sing dadi kasunyatan urip, mestine kudu dilakoni kanti sabar, sukur, lilo lan legowo. Ora ono maneh, yo mung kuwi. Hananging, titah kuwi ugo diparingi pilihan soko gusti Allah. Sakabehing tumindak, pangucap, pangroso, prakaryo kudu dinalar piye carane supoyo biso dadi apik, sing sejatine sakabehing doyo kuwi yo soko paringane gusti Allah. Arep ngalor ngidul ngetan ngulon, yo gusti Allah sing ngobahake. Dadi sepisan maneh, urip ki mung sadermo ngelakoni. Sopo kang bisa ngelakoni kanti lilo legowo, yo iku sejatine suwargone gusti Allah ing alam donya.Ya Allah paringono sabar, sukur, lilo lan legowo.


[cah.AM.com]


15 Februari 2009

BERDIRINYA AHBAABUL MUSTHOFA PURWODADI

Sholawat simthudduror, Sholawat kedamaian.
Resume Hasil Musyawaroh Ahbabul Musthofa Kabupaten Grobogan. Yang dipimpin langsung oleh Beliau Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaff, pada tanggal 17 Desember 2004.
Bertempat di Rumah Gus Dhuha [PP. Al-Masyhuri Purwodadi Grobogan].

1. Pembentukan dan Penetapan Susunan nama pelaksana maulid selapanan di Masjid Agung Baitul Makmur
2. Penetapan Pelaksanaan Maulid selapanan setiap malam Jum'at wage malam Sabtu Kliwon dimulai jam 20.00 s/d 22.00
3. Penetapan nama Majlis Maulid dengan nama “AHBABUL MUSTHOFA”
4. Acara diawali dengan pembacaan Rotibul Haddad dan Maulid Simthuddurror.
5. Diharapkan Pengurus melakukan sosialisasi ke daerah-daerah
6. Diperlukan Humas/Korwil dimasing-masing kecamatan.

Semoga kepengurusan yang ada sekarang dan berikutnya bisa selalu mengembangkan Jama'ah Dzikir & Mawlid "AHBAABUL MUSTHOFA" Kab. Grobogan. Sekaligus bisa memakmurkan "Masjid Agung Baitul Makmur" dan Masjid yang lain di Kab. Grobogan.
(Di susun oleh Ust.Edy Rustandi, sekretaris pertama AM Purwodadi Grobogan)

SEPUTAR ACARA DAN LAPANAN AHBAABUL MUSTHOFA

JADWAL KEGIATAN LAPANAN AHBAABUL MUSTHOFA [JAWA TENGAH]

* PENGAJIAN RUTIN MALAM KAMISAN "AHBAABUL MUSTHOFA PUSAT" :
===========================================================
Di MARKAS BESAR AM (Ndalem Guru Mulia Al Habib Syekh AA),
Lokasi/Alamat : Jl.Bengawan Solo 6, No.12, Semanggi Kidul Solo.

* PENGAJIAN RUTIN LAPANAN 'AHBAABUL MUSTHOFA' di Daerah (Kabupaten) :
==============================================================

1- Majlis FOSMIL ( Ahad Legi 08.30 WIB)
di Masjid ASSEGAF Solo.

2- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon )
di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi-Grobogan.

3- Kudus ( Malam Rabu Pahing )
di Halaman Masjid Agung Kudus.

4- Jepara ( Malam Sabtu Legi )
di Halaman Masjid Agung Baitul Makmur Jepara .

5- Sragen ( Malam Ahad Pahing )
di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.

6- Jogjakarta ( Malam Jum'at Pahing )
di Halaman PP. Minhajuttamyiz Timoho, belakang IAIN.

7- Solo ( Malam Ahad Legi )
di Halaman Masjid Agung Surakarta.

Sudah saatnya untuk tidak malu,
Sudah saatnya untuk tidak gengsi,
Sudah saatnya untuk tidak surut,
selalu bersholawat dalam menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW.
agar beliau mengakui kita sebagai umatnya yang selalu Cinta dan di Cintai.
sehingga kita memperoleh syafaatnya di dunia maupun akhirat.
oleh karena itu percuma saja kalau kita mengaku sebagai umat-NYA,
tetapi tidak pernah bersholawat atas Beliau Nabi Muhammad SAW.

- SHOLLU 'ALAN NABI MUHAMMAD !!! -

POPULER DI BACA

Mengonfigurasi HTML/JavaScript